Thursday, January 22, 2009

DETIK RASULULLAH SAW MENJELANG SAKRATUL MAUT

Bismillahirrahmanirrahim....
>
> Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang
> dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.
>
> Pagi itu, meskipun langit telah mulai
> menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan
> sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata
> memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada
> dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
> taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal
> pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa
> mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak
> orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama
> masuk yurga bersama aku."
>
> Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
> Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu
> persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
> berkaca-kaca, Ummar dadanya naik turun menahan napas
> dan tangis nya. Uthman menghela napas panjang dan
> Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
>
> Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
> "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah
> hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu,
> hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
> Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal
> dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat
> turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang
> hadir di sana pasti akan menahan detik-detik
> berlalu, kalau bisa.
>
> Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih
> tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang
> terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat
> dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas
> tidurnya.
>
> Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
> berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?"
> tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
> "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang
> membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia
> kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
> mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai
> anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru
> sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
> Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan
> pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian
> wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah,
> dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
> dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. ialah
> malaikat maut," kata Rasulullah,
>
> Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat
> maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
> kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian
> dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap
> diatas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan
> penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku
> nanti dihadapan Allah?" ,Tanya Rasululllah dengan
> suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
> terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua
> syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"kata
> jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah
> lega, matanya masih penuh kecemasan.
>
> "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?"Tanya
> Jibril lagi."Kabarkan kepadaku bagaimana nasib
> umatku kelak?". "Jangan khuawatir, wahai Rasul
> Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
> kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,
> kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,"
> kataJibril.
>
> Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
> tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik nampak
> seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
> lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul
> maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah
> terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin
> dalam dan Jibril membuang muka "Jijikkah kau
> melihatku, hinggakaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya
> Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu.
> "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut
> ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar
> Rasulullah memekik, kerana sakit yang tak
> tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini,
> timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan
> pada umatku. " Badan Rasulullah mulai dingin, kaki
> dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya
> bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali
> segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis
> shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah solat
> dan santuni orang-orang lemah di antaramu"
>
> Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
> sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan
> diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya
> ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,
> ummatii, ummatiii?" - "Umatku,umatku, umatku" Dan,
> pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini,
> mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli
> 'ala Muhammad wa baarik wasalim 'alaihi.
>
> Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan
> kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul
> kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya,
> seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Kerana
> sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana> belaka.

No comments: